Sri, mengadahkan kepalanya,matanya yang hitam menerobos awan meraih bintang di malam ini. Sudah genap 2 tahun ia berada di pondokan putri dikaki gunung sundoro yang elok dan angkuh itu.
Gemersik tiupan angin yang menyapu daun-daunan teh serta tubuhnya yang mungil itu tidak ia hiraukan. Malam ini, ia ingin sendiri. Menikmati waktu kembali, menikmati harapan-harapan yang ia bangun dalam lamunannya.
ia memejamkan matanya, membiarkan sanubarinya menulis kembali sebuah kenangan. Sebuah kenangan yang membawanya kedalam pondokan itu.
Dua april, dua tahun silam. Sri yang masih berseragam abu-abu, asyik bermain ombak bersama teman-temannya disudut pantai bernama pangandaran. Yah, melepas penat setelah ujian akhir, walaupun hasilnya pun tidak mereka ketahui. Canda ria, berkejar-kejaran dengan ombak adalah suatu hal yang mengasikkan.
Suatu teriakan yang sangat jelas didengarnya sebelum kabut putih menyapanya.
"Sri, awas Ombak Besar "...
Byuur...tubuhnya hilang disaput ombak. Ia hampir Tewas !! Tubuh mungilnya digotong beramai-ramai oleh para nelayan kampung ke sebuah gubug dalam keadaan tidak sadar. Pada saat itu, dia betul-betul berserah diri total kepada sang Kholiq, Sang Maha Pencipta. Dalam ketidaksadarannya, ia bertekad bahwa seandainya dia dikembalikan kedalam kehidupannya, walaupun sesaat, maka ia akan memperbaharui iman dan amal salehnya.
Dan..Sekarang ia disini, dibawah kaki gunung, yang jauh dari dunia kota. Ia merasakan bahwa detik-detik yang ia jalani sekarang sangat berharga, ia memperjuangkan hidupnya untuk sebuah ketaqwaan.
bukankah dalam hidup, terkadang kita juga mengalami detik-detik yang berharga ?
Gemersik tiupan angin yang menyapu daun-daunan teh serta tubuhnya yang mungil itu tidak ia hiraukan. Malam ini, ia ingin sendiri. Menikmati waktu kembali, menikmati harapan-harapan yang ia bangun dalam lamunannya.
ia memejamkan matanya, membiarkan sanubarinya menulis kembali sebuah kenangan. Sebuah kenangan yang membawanya kedalam pondokan itu.
Dua april, dua tahun silam. Sri yang masih berseragam abu-abu, asyik bermain ombak bersama teman-temannya disudut pantai bernama pangandaran. Yah, melepas penat setelah ujian akhir, walaupun hasilnya pun tidak mereka ketahui. Canda ria, berkejar-kejaran dengan ombak adalah suatu hal yang mengasikkan.
Suatu teriakan yang sangat jelas didengarnya sebelum kabut putih menyapanya.
"Sri, awas Ombak Besar "...
Byuur...tubuhnya hilang disaput ombak. Ia hampir Tewas !! Tubuh mungilnya digotong beramai-ramai oleh para nelayan kampung ke sebuah gubug dalam keadaan tidak sadar. Pada saat itu, dia betul-betul berserah diri total kepada sang Kholiq, Sang Maha Pencipta. Dalam ketidaksadarannya, ia bertekad bahwa seandainya dia dikembalikan kedalam kehidupannya, walaupun sesaat, maka ia akan memperbaharui iman dan amal salehnya.
Dan..Sekarang ia disini, dibawah kaki gunung, yang jauh dari dunia kota. Ia merasakan bahwa detik-detik yang ia jalani sekarang sangat berharga, ia memperjuangkan hidupnya untuk sebuah ketaqwaan.
bukankah dalam hidup, terkadang kita juga mengalami detik-detik yang berharga ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar